BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia
terhadap Tuhannya dan dengan ibadah manusia kan mendapatkan ketenangan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam,
seperti shalat, puasa, naik haji, membaca Al-Qur’an, jihad dan lainnya. Shalat
merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh berakal dan
harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun. Shalat
merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima
sendi (tiang) salah satunya adalah shalat. Sehingga barang siapa yang
mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang
meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat adalah amal yang pertama kali dihitung
diakhirat maka dari itu jika shalatnya baik, maka akan beruntung dan jika
shalatnya rusak maka akan gagal dan merugi. Sehingga kita sebagai umat muslimin
yang baik mempunyai kewajiban untuk menjaga shalat 5 waktu dalam sehari
semalam. Karena pada hakekatnya shalat adalah mencegah kekejian dan kemungkaran
bagi umat muslim. Bagi setiap yang sudah melakukan shalat dan sesuai dengan
esensi yang dikandung dalam shalat, maka dirinya akan terus bergerak melawan
kemungkaran.
Dalam kehidupan yang era ini masih banyak umat
muslimin yang masih mengesampingkan waktu shalat demi memuaskan kesenangan
duniawi. Mereka sibuk akan kehidupan yang fana, tanpa memikirkan kehidupan
diakhirat yang abadi. Kesadaran mereka akan kewajibannya sebagai umat muslim
kepada Tuhannya masih rendah dan menyelewengkan kebeneran dalam beribadah
khususnya shalat sehingga menyebabkan munculnya syirik, bid’ah dan permasalahn
konterporer yang sedang mengerogoti pemuda muslim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
hakikat shalat ?
2. Mengapa
Allah mewajibkan shalat ?
3. Tujuan
dan fungsi shalat ?
4. Apa
saja akhlak dalam shalat ?
5. Apa
saja hikmah shalat ?
6. Apa
saja makna spiritual shalat ?
7. Apa
ancaman bagi yang meninggalkan shalat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
hakikat, tujuan dan fungsi shalat.
2. Menjelaskan
wajibnya melaksanakan shalat.
3. Mengetahui
akhlak, hikmah dan makna spiritual shalat.
4. Menjelaskan
ancaman bagi hamba yang meninggalkan shalat..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Shalat
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan, hakikat
shalat pada intinya merupakan perkara menggembirakan hati bagi orang-orang yang
mencintainya. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, petunjuk bagi yang melaksanakan, dan kehormatan bagi mereka, supaya
dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemuliaan dan keberuntungan karena
dekat dengan-Nya. Dengan shalat, hati seorang hamba menjadi lebih sempurna dan
lebih besar, bergembira dan merasakan kelezatan berdekatan denga-Nya, nikmat
mencintai-Nya, gembira menghadap kepada-Nya, serta menyempurnakan keislaman
hamba-Nya.
Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu adalah
merupakan lima rangkaian perjalanan kehadirat allah yang telah diwajibkan oleh
allah kepada hambanya didalam waktu yang berlainan setiap hari. Dimana seorang
mukmin selama shalat itu melepaskan dirinya dari persoalan duniawinya dan
menumpahkan pengabdian untuk tuhanyan dengan mengingat kebesaran allah ,
memohonkan pertolongan dan petunjuk . dan didalam shalat itu pula dia
menyerahkan diri sepenuhnya kedalam lingkungan allah yang maha pengasih dan
maha penyayang. Dan sesunguhnya perjalanan yang demikian itu dapatlah
melepaskan duka luarnya dan dapat pula meringankan kesengsaraaan serta
mewujudkan keinginan-keinginan yang baik
B. Mengapa
Allah Mewajibkan Shalat
Sesungguhnya Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman
dan Maha Rahim yang Maha Tahu akan segala apa yang ada dibumi, sehingga setiap
apapun yang diperintahka dan dilarang oleh-Nya benar-benar menunjukkan kasih
sayang dan cintanya kepada setiap makhluk di muka bumi.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kautsar ayat 2,
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” dan dalam surah
Al-Baqarah ayat 43, “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah
beserta orang yang rukuk’. Ayat-ayat tersebut menyerukan hamba-hamba-Nya untuk
menunaikan shalat dan menunjukkan betapa pentingnya menjalankan ibadah yang
satu ini, bahkan Allah mengacam manusia yang lalai dalam mengerjakan shalat
dengan ancaman yang keras dalam surah Al-Maun ayat 4-5, “Maka celakalah bagi
orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dengan shalatnya”.
Allah memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda
antara yang mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat
kita lebih dekat dengan Allah. Dalam sebuah hadits qudsyi dikatakan “Kedekatan
semua hamba kepada-Ku, seperti yang aku fardhukan (wajibkan) padanya dan tidak
henti-hentinya seoang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan
sunat, sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan
untuk mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat, jika ia
meminta padaku sungguh aku memberikannya dan bila ia berdo’a kepadaku niscaya
aku akan mengabulkan.”
C. Tujuan
dan Fungsi Shalat
1. Tujuan
Shalat
a. Melaksanakan
kewajiban kepada Allah SWT sebagai sorang muslim yang baik.
b. Sebagai
tanda kepatuhan umat muslim kepada Allah SWT.
c. Sebagai
identitas, yaitu pembeda antara muslim dan non muslim.
2. Fungsi
Shalat
a. Menurut kesehatan
1) Shalat mampu menyembuhkan rematik.
Berdasarkan
saran dari dokter ini maka tidak ada solusi terbaik untuk menghindari rematik
sejak dini kecuali dengan melaksanakan shalat 5 waktu secara konsisten, karena
gerakan shalat adalah jenis gerakan terbaik yang mampu mengembalikan fungsi
otot dengan baik.
2) Manfaat
Shalat untuk kelancaran sistem peredaran darah dan terapi penyakit
jantung.
Kajian
kedokteran mengungkapkan bahwa gerakan ruku'â dan sujud dalam waktu yang lama
mampu menstabilkan detak jantung, sehingga peredaran darah berjalan lancar
serta meminimalisir tekanan darah tinggi secara akut di kepala.
3) Shalat
merupakan gerak olah raga terbaik.
Secara
medis dengan disiplin melakukan shalat setiap
waktunya ditambah shalat malam, berdampak pada perubahan pada gerak
otot dan hal ini mampu membangkitkan semangat baru pada tubuh, mengikis
timbunan lemak di sekitar perut dan paha dan memperlambat efek-efek penuaan
pada tubuh.
4) Manfaat
Wudhu dalam Terapi Penyakit Kanker Kulit.
Berbagai
kajian yang berhubungan dengan faktor pemicu kanker kulit mengungkapkan bahwa
faktor yang mendominasi munculnya kanker kulit adalah karena kulit banyak
menyerap zat kimiawi; dan solusi terbaik untuk mencegahnya adalah dengan
menghilangkannya dengan membersihkannya secara berulang kali.
5) Manfaat
Sujud dari segi Substansi Kesehatan.
Pengulangan
sujud dalam shalat setiap harinya minimal dilakukan 34 x. Bilangan tersebut
dianggap bilangan yang tepat untuk meningkatkan aktivitas otot dan saraf tubuh
serja menjaga keseimbangan antar sendi, khususnya tangan, paha. lutut dan kaki.
Dengan aktivitas sujud juga, peredaran darah dalam tubuh bisa berjalan dan
bergerak dengan mudah dari atas ke bawah.
6) Manfaat
Kekhusyuâkan dalam Shalat.
Hal
yang dapat menurunkan kemampuan memusatkan pikiran dan bahkan merusaknya adalah
penyimpangan dan terlalu sibuk dalam menuruti hawa nafsu. Dan akal merupakan
alat yang mengagumkan dan memiliki kemampuan yang sangat hebat jika
difokuskan pada suatu titik.
7) Kedahsyatan
shalat tahajjud dan subuh (yang tepat waktu).
Melalui
berbagai penelitian, percobaan dan kajian, sebuah fakta ilmiah mengungkapkan
bahwa seseorang yang tidurnya dalam waktu yang sangat lama akan sangat mudah
terserang penyakit jantung. Hal ini dikarenakan lemak yang ada dalam darah
menempel pada dinding syaraf di sekitar jantung. Para ulama dan ilmuwan modern
banyak menganjurkan agar setiap manusia bangun dari tidurnya setelah 4 jam,
kemudian melakukan gerakan tubuh ataupun melakukan kegiatan yang membutuhkan
otot selama 1/4 jam. Hal ini berguna untuk menghindari bahaya serangan jantung
dan menjaga vitalitas tubuh, khususnya jantung karena menghindarinya dari
timbunan lemak.
b. Secara umumMengingatkan kita kepada Allah.
1. Mengidupkan
rasa takut kepada Allah.
2. Menyuburkan
pokok-pokok dan asas-asas tauhid.
3. Tali
penghubung yang menghubungkan hamba dengan Allah Khaliqnya.
4. Mendidik
dan melatih kita menjadi orang yang tenang.
5. Dapat
menghadapi segala kesusahan dalam hati.
6. Menghilangkan
tabi’at loba.
7. Tidak
takut kemiskinan dan kepapaan karena banyk mengeluarkan harta di jalan Allah.
8. Menghasilkan
ketetapan pendirian.
9. Mengekalkan
kita mengerjakan kebajikan.
10. Memelihara
aturan-aturan dan disiplin.
11. Menjadi
penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan.
12. Menyebabkan
kita berani meninggalkan maksiat dan tidak berani meninggalkan taat.
D. Akhlak
dalam Shalat
Dalam Qs. Al-Ankabut : 45, “Bacalah apa
yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat diatas begitu eksplisit menjelaskan
adanya keterkaitan antara shalat dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang
muslim. Pengaruh shalat memang tidak dapat dijadikan tolak ukur, tetapi paling
tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut pandang
karakter dan watak yang dibawanya. Shalat sebagai salah satu bagian
penting ibadah dalam islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memilki
banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan
dan rukunnya, namun secara umum shalat juga memiliki pengaruh drastic dalam
perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta
dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya
tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat
melaksanakannya.
Sejatinya, shalat adalah ibadah paripurna
yang memadukan olah pikir, olah gerak dan olah rasa (sensibilitas). Ketiganya
terpadu secara cantik dan selaras. Yang menarik, Alquran kerap menggandengkan
ritual shalat dengan sikap sabar. Salah satunya dalam QS Al Baqarah ayat
153, “Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terkandung
dalam proses menjalankan ibadah shalat:
a. Latihan
kedisiplinan
Waktu
pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya
mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan
mengakibatkan batalnya shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan
sekaligus menghargai waktu.
b. Latihan kebersihan
Sebelum
shalat, seseorang disyaratkan untuk mensucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu
dengan berwudhu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat
hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan
kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci.
c. Latihan konsentrasi
Shalat
melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka
menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan
diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan
dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan shalat.
d. Latihan sugesti
kebaikan
Bacaan-bacaan
di dalam shalat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung pujian sekaligus
doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita sebagai manusia,
sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati, dan
tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus juga
dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan.
e. Latihan kebersamaan
Dalam
mengerjakan shalat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah
(bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis,
shalat berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya,
baik bersifat preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjamaah, seseorang
dapat menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan
diri. Dengan shalat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal
nasib, kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar
individu berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam
pelaksanaan shalat berjamaah.
E. Hikmah
Shalat
Hikmah ibadah shalat sangat
besar bagi kehidupan umat Islam baik dari segi kehidupan pribadi maupun
masyarakat. Pelaksanaan shalat itu sendiri telah menunjukkan adanya rasa
kepatuhan diri seseorang terhadap Khaliknya serta menunjukkan adanya rasa
syukur terhadap segala apa yang dianugerahkan Allah sehingga seorang hamba
berhadapan dengan Tuhannya untuk menyampaikan segala puji-pujian yang Maha
Agung.
Abul A’la Maududi menjelaskan bahwa hikmah ibadah
shalat tersebut di antaranya:
a. Kesadaran kedudukan sebagai budak.
b. Rasa berkewajiban.
c. Latihan kepatuhan.
d. Menimbulkan rasa kepatuhan kepada Allah.
e. Kesadaran akan hukum Allah.
f. Praktek kebersamaan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
melalui ibadah shalat tersebut akan menumbuhkan sifat rendah hati karena
menyadari bahwa manusia dicimtakan untuk menghambakan diri kepada Allah dengan
kewajiban menghambakan diri dan mematuhi kepada hukum-hukum yang datang dari
Allah SWT dan jika ibadah shalat itu dilaksanakan secara berjama’ah maka akan
membawa dampak positif bagi pembinaan persatuan dan kesatuan antara umat Islam
itu sendiri serta menumbuhkan rasa kebersamaan di berbagai bidang.
Zakiah daradjat menyatakan bahwa “Shalat
lima waktu merupakan latihan bagi pembinaan disiplin pribadi”. Dan jika
shalat itu dikerjakan secara berjama’ah juga mengandung hikmah: “Komunikasi
langsung antara anggota masyarakat sehingga selalu menguasai situasi up to date
yang sangat diperlukan dalam kehidupan harmonis bermasyarakat, di samping
menumbuhkan persaudaraan, persamaan, solideritas, kekeluargaaan dan
sebagainya”.
Dengan demikian dapat dipetik berbagai
hikmah yang teramat penting memalui kewajiban beribadah shalat tersebut yaitu
unsur yang pertama adalah pembinaan pribadi individu dimana melalui ibadah
shalat tersebut akan menumbuhkan diri yang berjiwa disiplin selalu mematuhi
hukum dan aturan serta berjiwa optimis terhadap anugerah dan rahmat dari Allah
SWT.
F. Makna
Spiritual Shalat
1. Menyelami Hakekat
Sujud
Sayidina Ali mengingatkan kita filosofi dua sujud.
Sujud pertama mengingatkan kita bahwa manusia berasal-usul dari tanah. Dari
tanah ia diciptakan dan tumbuh menjadi makhluk hidup yang diberi kepercayaan
sebagai khalifah di bumi dengan segala aktivitasnya. Meski demikian, setiap
manusia mempunyai ajal dan pada akhirnya juga ia kembali ke tanah, masuk ke
liang lahat, dan kembali menjadi tanah. Bangkit dari sujud mempunyai makna
eskatologis.
2. Di Balik Shalat
Seorang yang shalat berarti melakukan hubungan
langsung dengan Allah SWT. Dengan demikian, tercipta rasa aman, tenang, damai,
indah, sejuk, dan lapang di dada, seperti yang dilukiskan Allah
dalam surah ar-Rad ayat 29, "(Yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allahlah hati menjadi tenteram". Karena itulah, Allah SWT
menyerukan dalam surah Thaha ayat 14, "Dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku". Mengingat Allah SWT untuk menenangkan jiwa harus
dilakukan secara konstan dan dengan waktu yang teratur, sebagaimana ditegaskan
dalam surah an-Nisa ayat 103, "Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman".
3. Bangkit dari Sujud
Secara spiritual, sujud juga bisa dimaknai pencurahan
dan penyerahan secara total kepada Allah SWT. Bangkit dari sujud juga dianggap
simbol dari kebangkitan kedua atau kebangkitan terakhir bagi manusia,
sebagaimana diisyaratkan dalam surah Thaha ayat 55, “Dari bumi (tanah)
itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, serta
darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”.
G. Ancaman
bagi Orang yang Meninggalkan Shalat
Barang siapa melalaikan shalat, Allah SWT
akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika
meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah
SWT. Ketika malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW,
ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji,
sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggalkan shalat. Ia dilaknat di
dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Demi Allah, yang telah mengutusmu
sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat,
setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari
langit pertama hingga ketujuh. Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh
minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam
umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi
salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat
Allah.Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya
akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan
datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu
neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke
dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman
didasar neraka. Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu
berkata, ‘Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah
namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.’ Ketahuilah, sesungguhnya
bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling
nista adalah kurangnya perhatian terhadap sholat lima waktu, sholat Jumat, dan
sholat berjemaah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT
ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang
menjalankannya. Orang yang meninggalkan sholat karena urusan dunia akan
celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan
panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak
Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah”. Lalu Rasulullah
SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan sholat hingga terlewat waktunya, lalu
mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun)....
Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian
tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu
Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan sholat fardu
dengan sengaja walaupun satu sholat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang
ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda,
‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang
yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka
itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan sholat.
Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun’.
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa
meninggalkan sholat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat
Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan
azab yang pedih. Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata,
”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami
celaka dan diharamkan dari kebaikan.”“Tahukah kalian siapakah orang yang
celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”“Siapa, ya, Rasulullah?” “Orang yang
meninggalkan sholat,” jawab Rasulullah. Dalam hadis yang berhubungan dengan
peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan
batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya
seperti sedia kala. Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau
bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat
untuk mengerjakan sholat. Jawab Jibril. Diriwayatkan pula, di neraka Jahanam
ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke
dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat
orang-orang yang meremehkan dan melalaikan sholat, kecuali jika mereka
bertobat. Bagi mereka yang memelihara sholat secara baik dan benar, Allah SWT
akan memuliakannya dengan lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup,
diselamatkan dari siksa kubur, dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab
catatan amal dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan shirathal mustaqim
secepat kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab. Dan barang siapa
meremehkan atau melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15
siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di
alam kubur, dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SAW. Adapun enam siksaan
yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda
kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi
pahala oleh Allah semua amal yang tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh
bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara
hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andai kata diberi
minum sebanyak lautan, tidak akan puas.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam
kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya
dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas,
tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata
ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari
perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau
mengundurkan sholat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan sholat Zuhur hingga
Asar, mengundurkan sholat Asar hingga Magrib, mengundurkan sholat Magrib hingga
Isya, dan mengundurkan sholat Isya hingga Subuh,” kata ular itu.Setiap kali
ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter,
ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di
wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak
Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau
telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari
rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika
bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat
menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian
memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang
kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu
berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang
telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu
jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga,
Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah
ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.
Amin. Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya.
Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu.”(HR.Bukhari&Muslim)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Shalat menurut bahasa berarti berdoa. Sedangkan
pengertian shalat menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Ucapan disini adalah bacaan-bacaan Al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang
yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya
berdiri, rukuk, sujud, dan gerakan-gerakan lain dalam shalat.
Secara khusus dipakai untuk sholat lima waktu yang
tuhan perintahkan untuk dikerjakan pada lima waktu yang berbeda beda dan
mengandung syarat-syarat pendahuluan tertentu, seperti : 1. Penyucian secara
lahiriah dari najis atau kotoran dan secara batiniah dari hawa nafsu; 2.
Pakaian lahiriah supaya bersih dan pakaian batiniah supaya tidak dicemari oleh
sesuatu yang diharamkan; 3. Tempat bersuci diri supaya secara lahiriah bebas
dari kotoran dan secara batiniah bebas dari kerusakan akhlak dan dosa; 4.
Menghadap kiblat, kiblat lahiriah berupa ka’bah dan kiblat batiniah berupa
Arasy Ilahi, yang berarti rahasia musyahadat; 5. Berdiri secara lahiriah dalam
keadaan kukuh (qudrat) dan secara batiniah dalam taman kedekatan dengan tuhan
(qurbat); 6. Niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah; 7 Mengucapkan
“Allahu Akbar” dalam maqam penghormatan dan pelenyapan (fana’), dan berdiri
pada tempat persatuan, dan membaca al-Qura’an secara hormat, dan menundukkan
kepala (rukuk) dengan kerendahan hati, dan merendahkan diri (sujud) dengan rasa
kehinaan, dan bersyahadat dengan khusuk, dan menyelami pelenyapan sifat-sifat
diri.
DAFTAR PUSTAKA
- Asyrafuddin, Mukhlisin, N., 2015. Makna Rukhshah
dan Pembagiannya. https://almanhaj.or.id/3000-makna-rukhshah-dan-pembagiannya.html.
- Tuasikal, Abduh, M., 2012. Permasalahan
Kontemporer. http://cafe-islamicculture.blogspot.com/2011/06/kupas-tuntas-masalah-hukum-shalat-jama.html.
- Tuasikal, Abduh, M., 2013. Bahaya Meninggalkan
Shalat (Dalil Aqli). https://rumaysho.com/4902-bahaya-meninggalkan-shalat-1-dalil-al-quran.html.
- Hadi, Sofyan. 2008. Shalat Membentuk Akhlak Yang
Sempurna. http://syofyanhadi.blogspot.com/2008/07/shalat-membentuk-akhlak-yang-sempurna.html
- Industri15. 2016. Ibadah Akhlak Dan Muamalah
(Shalat). http://industri15ummgl.blogspot.com/2016/12/makalah-al-islam-3-shalat.html
0 komentar:
Post a Comment