BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling
urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam
membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar
daripada aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat
Syahadat atau juga disebut Kalimat Thayyibah (Laa Ilaaha illa allah) begitu
masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan
kalimat tersebut dalam setiap sholat wajib lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah aqidah
menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kecenderungan masyarakat
yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan
dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian daripada hal-hal lainnya, termasuk
masalah agama, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi
penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang
semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua
akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama sempurna yang tidak mengatur
urusan akhirat saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang
menjadikan aqidah sebagai landasan berpikirnya.
Diharapkan dari penulisan makalah ini, selain
pengetahuan yang lebih luas tentang Tauhid sebagai intisari peradaban yang
telah mengantarkan umat Islam menuju kejayaan demi kejayaan yang tidak pernah
tertandingi.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini rumusan makalah yang dapat kami
paparkan adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian daripada tauhid?
2. Apakah makna dari kalimat Laa
Ilaaha illa Allah dan konsekuensinya?
3. Bagaimana tauhid sebagai
landasan kehidupan
4. Apakah jaminan yang Allah
berikan bagi orang yang bertauhid?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di
atas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami dan mempelajari
pengertian tauhid.
2. Memahami dan mempelajari makna
dari kalimat Laa Ilaaha illa Allah.
3. Memahami dan mempelajari tauhid
sebagai landasan kehidupan.
4. Memahami dan mempelajari jaminan
yang Allah berikan bagi orang yang bertauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Tauhid secara bahasa artinya keesaan, mengesakan
Tuhan. Mengesakan Tuhan berarti meyakini bahwa Tuhan itu Maha Esa yaitu Allah
SWT. Dan ilmu tauhid itu ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas
tentang segala sesuatu kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dalil-dalil
keyakinan dan hukum dalam Islam termasuk hukum tentang mempercayakan bahwa
Allah itu Esa. Adapun tujuan mempelajari ilmu tauhid ialah untuk mengenal Allah
lebih dekat dan Rasul-Nya dengan dalil-dalil yang pasti kebenarannya. Seorang
muslim pastinya mempercayai keesaan Allah.
Menurut Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam buku Al-Ushul Ats-Tsalatsah menjelaskan, tauhid dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu, yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian (penolakan). Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”
Tauhid menurut ulama dibagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat.
- Tauhid Rububiyah,
Yaitu mengesakan Allah (Rabb) dalam segala perbuatan-perbuatan-Nya. Artinya mempercayai dan meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah yang menciptakan, menghidupkan, mengatur dan lain-lain. Dalam firmannya yang berbunyi:
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Q.S Az-Zumar ayat 62).
Tauhid rububiyah ialah beriman bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan penguasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Yang termasuk tauhid rububiyah diantaranya meliputi: Beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Atas Segalanya, seperti menciptakan apapun, pemberi rezeki, yang menentukan qada dan qadar, mematikan dan menghidupkan setiap makhluk dan lainnya sebagainya. - Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah dengan cara ibadah, seperti sholat, dzikir, berdoa, bershalawat dan lain-lainnya. Allah berfirman:
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan melainkan Dia“. (Q.S Al-Baqarah ayat 163).
- Tauhid Asma’ wa Shifat
Yakni mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifatnya yang Dia jelaskan dalam kitab suci-Nya maupun melalui lisan Rasul-Nya. Yakni dengan melafalkan nama dan sifat yang Dia tetapkan dan menjauhi apa yang Dia larang, tanpa mengubah atau mengingkari.
Allah memiliki sifat yang tidak terbatas. Seperti Allah bersifat Ar-rahman dan Ar-rahim, Allah memiliki rasa cinta kasih sayang kepada setiap makhluknya tanpa batasan. Allah memberi dengan tidak adanya batasan.
B. Kalimat Laa Ilaaha illa Allah
Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna,
yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain daripada Allah SWT, dan
makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata.
Dalam penggalan ayat berikut:
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah... " (Qs. Muhammad ayat 19)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain. Hal ini ditegaskan pada hadis berikut: "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke datang surga." (HR. Ahmad). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
a) Syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah
Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan
tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat
bagi yang mengikrarkannya. Secara singkat tujuh syarat itu ialah :
- Ilmu (Mengetahui), Artinya memahami makna dan
maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan serta
menolak ketidaktahuannya tentang hal tersebut. Orang tersebut memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya seandainya ia
mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu
tidak sah dan tidak berguna.
- Yakin, Orang yang mengingkarkannya harus meyakini
kandungan kalimat laa ilaaha illa-Allah itu. Jika dalam persaksian itu ia
meragukannya maka sia-sialah persaksian itu ia lakukan.
- Qabul (Menerima), Menerima kandungan dan
konsekuensi dari laa ilaaha illa-Allah, menyembah Allah semata, dan
meninggalkan ibadah atau sesembahan selain daripada-Nya.
- Tunduk dan Patuh, Tunduk dan patuh atas
dasar meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang berkehendak atas segala
ciptaannya dan tak ada yang selayak jadi tandingan-Nya serta mengamalkan
apa yang Dia ajaran dan menjauhi apa yang Dia larangan.
- Sidiq (Jujur), Yaitu mengucapkan kalimat laa
ilaaha illa-Allah dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya
mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan
pendusta.
- Ikhlas, Yaitu menerima segala kehendak-Nya
dan mengharapkan ridha hanya kepada-Nya bukan bertujuan mendapatkan pujian
atau sebatas kenikmatan duniawi.
- Mahabbah (Kecintaan), Maksudnya mencintai kalimat
laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan
konsekuensinya. Dalam firman-Nya dijelaskan:
“Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tanding-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah."
b) Konsekuensi laa ilaaha illa-Allah
Yaitu meninggalkan ibadah selain daripada Allah
sebagai keharusan. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan
sedikit pun. Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya.
Sehingga ditetapkan larangan mempertuhankan apa selain kepada-Nya, baik berupa
makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan kata
lain, orang tersebut mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya.
Adapun perkataan, perbuatan, dan keyakinan-keyakinan
yang melemahkan tauhid dan iman dan membatalkan aspek penyempurnanya, contohnya
syirik ashghar semisal riya dan bersumpah dengan nama selain Allah, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, wajib mewaspadai dan menjauhi semua yang
membatalkan tauhid dan iman atau yang mengurangi pahalanya.
C. Tauhid sebagai
Landasan bagi Semua Aspek kehidupan
Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang
melandasi setiap aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan
luasnya pandangan, timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik.
Sehingga tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih)
manusia.
Sebetulnya formulasi atau rumus tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun bentuknya, tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan segar.
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia atau bisa disebut proses humanisasi. Itu sebabnya, dehumanisasi merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu memberikan perubahan terhadap masyarakat. Sebagaimana tertera dalam penggalan firman Allah:
“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.... ”.(QS. Ali Imran ayat 110).
D. Jaminan
Allah bagi Orang yang Bertauhid
Tidak diragukan lagi
bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Oleh karena itu,
bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa
keistimewaan. Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak
sekali kebahagiaan, baik di dunia bahkan lebih lagi di akhirat. Itu semua hanya
khusus diberikan bagi ahli tauhid.
a) Ahli Tauhid
Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
Seorang
yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah SWT
menegaskan dalam firman:
“
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
–orang-orang yang mendapatkan petunjuk’. (QS. Al-An’am ayat 82).
Yang
dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu mengatakan:
“Ketika
ayat ini turun, terasa beratlah di hati para sahabat, mereka mengatakan
siapakah di antara kita yang tidak pernah mendzhalimi diri sendiri (berbuat
maksiat), maka Rasulullah SAW bersabda : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya , mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezhaliman yang besar. (QS. Luqman ayat 13)”
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman
(kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan di akhirat serta
mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat
dari hal-hal yang ditakuti yang akan terjadi di Hari Akhir. Petunjuk yang mereka
dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan
petunjuk di akhirat berupa petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar
tauhidnya. Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan
petunjuk yang akan diperoleh.
b) Ahli Tauhid Dijamin
Masuk Surga.
”Barangsiapa
yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah) yang berhak
disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan
kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya dan bersaksi
bahwa surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam
surga, sesuai amal yang telah dikerjakannya”. (HR. Muslim no. 149)
Ini
merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bahwa mereka akan dimasukkan
ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan
persaksian yang disebut dalam hadis diatas. Maksud syahadat yang benar harus
terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar mengucapkan
saja.
Sesuai
amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran : Pertama, mereka akan masuk
surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-dosa selain syirik
tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga
secara langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga. Ini
merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah
yang menghalangi seseorang dengan amal shalihnya.
Kedua,
mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan
amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai
amal shalihanya.
c) Ahli Tauhid
Diharamkan dari Neraka
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah
(tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap
wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33)
Sungguh,
neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya seseorang yang
tidak menjadi penghuni neraka. Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama,
diharamkan masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk
neraka sama sekali. Boleh jadi dia mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninya
atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa
azab. Kedua, diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka
setelah sempat dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.
d) Ahli Tauhid Diampuni
Dosa-dosanya
“Allah
subhanahu wata’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon
kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan.
Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit
kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian
engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku
akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi)
Hidup
kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Karena itu pengampunan dosa
adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid secara
benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita.
e) Jaminan Bagi
Masyarakat yang Bertauhid
Kebaikan
tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu masyarakat
benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah SWT akan
memberikan jaminan bagi mereka. Sebagaimana firman-Nya:
“
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik”.(QS. An-Nur ayat 55)
Allah
SWT memberikan beberapa jaminan bagi sesuatu masyarakat yang mau
mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat
kekuasaan
di muka bumi, mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mendapat
keamanan dan dijauhkan rasa takut.
Mengutip Asy-Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid adalah:
- Dapat menghapus dosa-dosa.
- Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusahan serta
bisa menjadi penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
- Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam
keimanan sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila
dia menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling
mulia.
- Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan
pahala-Nya. Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulullah
adalah mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari hatinya.
- Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang
tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula
penyempurnaan dan pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi
sempurna dan lengkap tatkala tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT
menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling besar.
- Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi
berbagai musibah. Seseorang yang ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan
bertauhid akan merasa ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia
menghadapkan pahala dan keridhaan Allah SWT.
- Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya
mencintai keimanan. Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci
kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Juga Allah akan menggolongkan ke
dalam orang-orang yang terbimbing.
- Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan
menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai
pula dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala kesulitan dan rasa
sakit dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Nya.
- Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada
makhluk. Inilah keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu
dia hanya beribadah dan menghambakan diri kepada Allah, dengan mengharap
hanya kepada Allah.
- Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap
dengan keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap
amal dan ucapan berlipat ganda tanpa batas dan hitungan. Kalimat ikhlas
menjadi berat dalam timbangan amal sehingga tidak terimbangi oleh langit
dan bumi beserta seluruh penghuninya.
- Allah SWT menjamin kemenangan, pertolongan, kemuliaan, kemudahan dan
petunjuk di dunia bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan
keterangan ini baik dari Al- Qur’an maupun As-Sunnah.
Dengan demikian cukup
besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkan bagi para hamba-Nya yang
bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh keutamaannya.
Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu menyempurnakan
tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam wujud tauhid kepada
Allah SWT. Mereka tidak berada pada satu tingkatan. Masing-masing
menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi dalam menerapkan tauhid.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap
muslim hendak meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
istimewa. Jika tauhid yang murni terealisasikan dalam hidup seseorang, baik
pribadi maupun jama’ah, akan memetik buah yang amat manis. Di antara buah yang
didapat adalah memerdekakan manusia dari perbudakan serta ketundukan kepada
selain Allah, baik benda-benda atau makhluk lainnya, juga akan membentuk
kepribadian yang kokoh.
Karena itu, siapa pun yang mampu
mengamalkan nilai-nilai ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya,
niscaya mendapat banyak keistimewaan. Allah SWT menjanjikan bagi para ahli
Tauhid aneka kebahagiaan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/11/pengertian-tauhid-dan-macam-macam-tauhid.html,
diakses 28 September 2019
- https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html,
diakses 28 September 2019
- https://kerjainyugas.blogspot.com/2017/01/makalah-kemuhammadiyahan-1-tauhid-dalam.html,
diakses 29 September 2019
- https://maswanuldwim.blogspot.com/2017/05/tauhid-dan-urgensinya-bagi-kehidupan.html?m=1.Itu, diakses 29 September 2019
0 komentar:
Post a Comment