10 October, 2020

MAKALAH TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimat Thayyibah (Laa Ilaaha illa allah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap sholat wajib lima waktu.

 

Namun rupanya saat ini pembahasan masalah aqidah menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kecenderungan masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah agama, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama sempurna yang tidak mengatur urusan akhirat saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang menjadikan aqidah sebagai landasan berpikirnya.

 

Diharapkan dari penulisan makalah ini, selain pengetahuan yang lebih luas tentang Tauhid sebagai intisari peradaban yang telah mengantarkan umat Islam menuju kejayaan demi kejayaan yang tidak pernah tertandingi. 

 

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini rumusan makalah yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:

    1. Apa pengertian daripada tauhid?

    2. Apakah makna dari kalimat Laa Ilaaha illa Allah dan konsekuensinya?

    3. Bagaimana tauhid sebagai landasan kehidupan

    4. Apakah jaminan yang Allah berikan bagi orang yang bertauhid?

 

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

    1. Memahami dan mempelajari pengertian tauhid.

    2. Memahami dan mempelajari makna dari kalimat Laa Ilaaha illa Allah.

    3. Memahami dan mempelajari tauhid sebagai landasan kehidupan.

   4. Memahami dan mempelajari jaminan yang Allah berikan bagi orang yang bertauhid.

  

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Tauhid

Tauhid secara bahasa artinya keesaan, mengesakan Tuhan. Mengesakan Tuhan berarti meyakini bahwa Tuhan itu Maha Esa yaitu Allah SWT. Dan ilmu tauhid itu ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas tentang segala sesuatu kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum dalam Islam termasuk hukum tentang mempercayakan bahwa Allah itu Esa. Adapun tujuan mempelajari ilmu tauhid ialah untuk mengenal Allah lebih dekat dan Rasul-Nya dengan dalil-dalil yang pasti kebenarannya. Seorang muslim pastinya mempercayai keesaan Allah. 

Menurut Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam buku Al-Ushul Ats-Tsalatsah menjelaskan, tauhid dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu, yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian (penolakan). Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”

Tauhid menurut ulama dibagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat.

  • Tauhid Rububiyah, 
    Yaitu mengesakan Allah (Rabb) dalam segala perbuatan-perbuatan-Nya. Artinya mempercayai dan meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah yang menciptakan, menghidupkan, mengatur dan lain-lain. Dalam firmannya yang berbunyi:

    “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Q.S Az-Zumar ayat 62).

    Tauhid rububiyah ialah beriman bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan penguasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Yang termasuk tauhid rububiyah diantaranya meliputi: Beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Atas Segalanya, seperti menciptakan apapun, pemberi rezeki, yang menentukan qada dan qadar, mematikan dan menghidupkan setiap makhluk dan lainnya sebagainya.
  • Tauhid Uluhiyah
    Yaitu mengesakan Allah dengan cara ibadah, seperti sholat, dzikir, berdoa, bershalawat dan lain-lainnya. Allah berfirman:

    “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan melainkan Dia“. (Q.S Al-Baqarah ayat 163).
  • Tauhid Asma’ wa Shifat 
    Yakni mengesakan Allah dengan nama dan sifat-sifatnya yang Dia jelaskan dalam kitab suci-Nya maupun melalui lisan Rasul-Nya. Yakni dengan melafalkan nama dan sifat yang Dia tetapkan dan menjauhi apa yang Dia larang, tanpa mengubah atau mengingkari. 

    Allah memiliki sifat yang tidak terbatas. Seperti Allah bersifat Ar-rahman dan Ar-rahim, Allah memiliki rasa cinta kasih sayang kepada setiap makhluknya tanpa batasan. Allah memberi dengan tidak adanya batasan.

B. Kalimat Laa Ilaaha illa Allah

Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain daripada Allah SWT, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata. Dalam penggalan ayat berikut: 

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah... " (Qs. Muhammad ayat 19) 

Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain. Hal ini ditegaskan pada hadis berikut: "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke datang surga." (HR. Ahmad). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.

 a) Syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah

Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengikrarkannya. Secara singkat tujuh syarat itu ialah :

  • Ilmu (Mengetahui), Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan serta menolak ketidaktahuannya tentang hal tersebut. Orang tersebut memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
  • Yakin, Orang yang mengingkarkannya harus meyakini kandungan kalimat laa ilaaha illa-Allah itu. Jika dalam persaksian itu ia meragukannya maka sia-sialah persaksian itu ia lakukan.
  • Qabul (Menerima), Menerima kandungan dan konsekuensi dari laa ilaaha illa-Allah, menyembah Allah semata, dan meninggalkan ibadah atau sesembahan selain daripada-Nya.
  • Tunduk dan Patuh, Tunduk dan patuh atas dasar meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang berkehendak atas segala ciptaannya dan tak ada yang selayak jadi tandingan-Nya serta mengamalkan apa yang Dia ajaran dan menjauhi apa yang Dia larangan.
  • Sidiq (Jujur), Yaitu mengucapkan kalimat laa ilaaha illa-Allah dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.
  • Ikhlas, Yaitu menerima segala kehendak-Nya dan mengharapkan ridha hanya kepada-Nya bukan bertujuan mendapatkan pujian atau sebatas kenikmatan duniawi.
  • Mahabbah (Kecintaan), Maksudnya mencintai kalimat laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Dalam firman-Nya dijelaskan:

        “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tanding-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah."

 b) Konsekuensi laa ilaaha illa-Allah 

Yaitu meninggalkan ibadah selain daripada Allah sebagai keharusan. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan sedikit pun. Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga ditetapkan larangan mempertuhankan apa selain kepada-Nya, baik berupa makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan kata lain, orang tersebut mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. 

Adapun perkataan, perbuatan, dan keyakinan-keyakinan yang melemahkan tauhid dan iman dan membatalkan aspek penyempurnanya, contohnya syirik ashghar semisal riya dan bersumpah dengan nama selain Allah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, wajib mewaspadai dan menjauhi semua yang membatalkan tauhid dan iman atau yang mengurangi pahalanya.

C. Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek kehidupan

Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi setiap aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya pandangan, timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih) manusia.

Sebetulnya formulasi atau rumus tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun bentuknya, tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan segar. 

Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia atau bisa disebut proses humanisasi. Itu sebabnya, dehumanisasi merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu memberikan perubahan terhadap masyarakat. Sebagaimana tertera dalam penggalan firman Allah: 

“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.... ”.(QS. Ali Imran ayat 110).

D. Jaminan Allah bagi Orang yang Bertauhid

Tidak diragukan lagi bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Oleh karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa keistimewaan. Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak sekali kebahagiaan, baik di dunia bahkan lebih lagi di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan bagi ahli tauhid.

a) Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk

Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah SWT menegaskan dalam firman:

“ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah –orang-orang yang mendapatkan petunjuk’. (QS. Al-An’am ayat 82).

Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan:

“Ketika ayat ini turun, terasa beratlah di hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah mendzhalimi diri sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah SAW bersabda : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya , mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar. (QS. Luqman ayat 13)” 

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezhaliman (kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan di akhirat serta mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat dari hal-hal yang ditakuti yang akan terjadi di Hari Akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan petunjuk di akhirat berupa petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh. 

b) Ahli Tauhid Dijamin Masuk Surga. 

”Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya dan bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakannya”. (HR. Muslim no. 149) 

Ini merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam hadis diatas. Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar mengucapkan saja. 

Sesuai amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran : Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga secara langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga. Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah yang menghalangi seseorang dengan amal shalihnya. 

Kedua, mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai amal shalihanya. 

c) Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka 

“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka, bagi siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah (tiada sesembahan yang benar disembah selain Allah) yang dengannya mengharap wajah Allah” (HR. Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33) 

Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya seseorang yang tidak menjadi penghuni neraka. Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninya atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Kedua, diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu. 

d) Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya 

“Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi) 

Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Karena itu pengampunan dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid secara benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. 

e) Jaminan Bagi Masyarakat yang Bertauhid 

Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah SWT akan memberikan jaminan bagi mereka. Sebagaimana firman-Nya:

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur ayat 55)

Allah SWT memberikan beberapa jaminan bagi sesuatu masyarakat yang mau mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat

kekuasaan di muka bumi, mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mendapat keamanan dan dijauhkan rasa takut.

Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid adalah: 

  • Dapat menghapus dosa-dosa. 
  • Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusahan serta bisa menjadi penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat. 
  • Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam keimanan sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila dia menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia. 
  • Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan pahala-Nya. Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulullah adalah mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari hatinya. 
  • Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula penyempurnaan dan pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap tatkala tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling besar. 
  • Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi berbagai musibah. Seseorang yang ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan bertauhid akan merasa ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia menghadapkan pahala dan keridhaan Allah SWT. 
  • Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai keimanan. Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Juga Allah akan menggolongkan ke dalam orang-orang yang terbimbing.
  • Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai pula dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Nya. 
  • Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada makhluk. Inilah keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya beribadah dan menghambakan diri kepada Allah, dengan mengharap hanya kepada Allah. 
  • Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap dengan keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap amal dan ucapan berlipat ganda tanpa batas dan hitungan. Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timbangan amal sehingga tidak terimbangi oleh langit dan bumi beserta seluruh penghuninya. 
  • Allah SWT menjamin kemenangan, pertolongan, kemuliaan, kemudahan dan petunjuk di dunia bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan ini baik dari Al- Qur’an maupun As-Sunnah. 

Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkan bagi para hamba-Nya yang bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh keutamaannya. Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu menyempurnakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam wujud tauhid kepada Allah SWT. Mereka tidak berada pada satu tingkatan. Masing-masing menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi dalam menerapkan tauhid.

 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

Setiap muslim hendak meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan istimewa. Jika tauhid yang murni terealisasikan dalam hidup seseorang, baik pribadi maupun jama’ah, akan memetik buah yang amat manis. Di antara buah yang didapat adalah memerdekakan manusia dari perbudakan serta ketundukan kepada selain Allah, baik benda-benda atau makhluk lainnya, juga akan membentuk kepribadian yang kokoh.

Karena itu, siapa pun yang mampu mengamalkan nilai-nilai ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya, niscaya mendapat banyak keistimewaan. Allah SWT menjanjikan bagi para ahli Tauhid aneka kebahagiaan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/11/pengertian-tauhid-dan-macam-macam-tauhid.html, diakses 28 September 2019
  • https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html, diakses 28 September 2019
  • https://kerjainyugas.blogspot.com/2017/01/makalah-kemuhammadiyahan-1-tauhid-dalam.html, diakses 29 September 2019
  • https://maswanuldwim.blogspot.com/2017/05/tauhid-dan-urgensinya-bagi-kehidupan.html?m=1.Itu, diakses 29 September 2019

0 komentar:

Post a Comment