21 November, 2020

MAKALAH KONFLIK DALAM ORGANISASI

  

BAB 1

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya dalam berkumpul dan hidup berkelompok. Sebagai suatu bentuk kumpulan manusia dengan ikatanikatan tertentu atau syarat-syarat tertentu, maka organisasi telah pula berkembang dalam berbagai aspek termasuk ukuran dan kompleksitas.


Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya.

Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat diidentifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.

Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktorfaktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.Pemahaman faktor-faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif. 

 

B. Rumusan Masalah 

1.    Apa pengertian dari konflik? 

2.    Apa saja jenis dan sumber konflik? 

3.    Apa saja akibat dari konflik? 

4.    Bagaimana strategi penyelesaian konflik? 

C. Tujuan 

1.    Mengetahui pengertian dari konflik. 

2.    Mengetahui jenis dan sumber konflik. 

3.    Mengetahui akibar dari konflik 

4.    Mengetahui strategi penyelesaian konflik. 

 

BAB 2

PEMBAHASAN

 

A. Definisi Konflik 

Konflik berasal dari kata kerja configere yang artinya saling memukul. Dilihat dari sisi sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Karena ciri-ciri individu dibawa dalam hal interaksi sosial, konflik merupakan hal yang wajar. Dalam kehidupan sehari-hari tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. 

Definisi konflik menurut para ahli: 

1. Nardjana (1994), konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. 

2. Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. 

3. Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998), yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another. Yang artinya, konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya. 

4. Stoner, konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. 

Daniel Webster, mendefinisikan konflik sebagai: 

  • Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain. 
  • Keadaan atau perilaku yang bertentangan. 

5. Robbins, merumuskan konflik sebagai sebuah proses dimana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk hambatan yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya. 

Lebih jauh Robbins menulis bahwa sebuah konflik harus dianggap ada oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dengan demikian apakah konflik itu ada atau tidak ada, adalah masalah persepsi dan bila tidak ada seorangpun yang menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa konflik tersebut memang tidak ada. Tentu saja ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi ternyata tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang sebenarnya dapat dianggap sebagai bernuansa konflik ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena anggota-anggota kelompok tidak menganggapnya sebagai konflik. 

Selanjutnya, setiap konflik dalam organisasi konflik selalu diasosiasikan dengan antara lain, oposisi (lawan), kelangkaan, dan blokade. Di asumsikan pula bahwa ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumber daya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi konflik. 

6. Cathy A Constantino dan Chistina Sickles Merchant, menyatakan bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasi. Kedua penulis tersebut sepakat dengan Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses. 

 

B. Jenis Konflik 

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi. 

1. Konflik Intrapersonal 

Konflik intrapersonal adalah konflikseseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut: 

  • Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing 
  • Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan. 
  • Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan. 
  • Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan. 

Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya seringkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan. 

Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu : 

a. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik. 

b. Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.

c. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus. 

2. Konflik Interpersonal 

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. 

3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok 

Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. 

4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama 

Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. 

5. Konflik antara organisasi 

Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien. 


C. Sumber Konflik

1. Faktor komunikasi
Misalnya pegawai lini memiliki wewenang dalam proses pengambilan keputusan sementara staff lebih pada memberikan rekomendasi atau saran. Sering pegawai lini merasa lebih penting, sementara staff merasa lebih ahli. Ujung-ujungnya miss understanding di kalangan pelaku organisasi karena informasi yang diterima kurang jelas atau bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya.

2. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi
Misalnya dalam hubungan kerja, bagian pemasaran ingin agar produknya cepat laku. Kalau perlu dijual murah dan dengan cara kredit. Sebaliknya, bagian keuangan menghendaki pembayaran harus tunai agar posisi keuangan perusahaan tetap stabil.

3. Faktor yang bersifat personal
Misalnya di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.

4. Faktor lingkungan
Misalnya seseorang yang harus menjual produk dengan harga tinggi, padahal dia sadar bahwa calon konsumennya membutuhkan keuangan untuk ongkos sekolahnya.

 

D. Akibat Konflik 

Secara Common sense konflik itu berkonotasi negatidf dan berakibat buruk bagi organisasi. Karenanya, konflik perlu dihindari, dileyapkan dan dilawan. Secara spesifik, konflik memliki efekfungsional dan efek disfungsional. Konflik yang fungsional yang berdampak positif dan menguntungkan bagi efektifitas organisasi. Di lain pihak yang disfungsional adalah konflik yang berdampak destruktif dan merusak efektifitas organisasi. 

Jadi disinilah pentingnya peranan para manajer atau pemimpin organisasi, yaitu pandai mengidentifikasi konflik dan menetapkan langkah yang tepat, pakah memelihara konflik atau menghilangkannya. 

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut: 

  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik. 
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik. 
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut. 
  • Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik. 

Contoh konflik 

1.    Konflik Vietnam berubah menjadi perang. 

2.    Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina. 

3.    Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya. 

4.    Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan. 

 

E. Proses Konflik
Seperti yang dikatakan di atas bahwa konflik adalah proses yang dinamis. Maksudnya, di dalam konflik terdapat urutan waktu dan serangkaian peristiwa. Ada bebrapa rangkaian tahap dalam suatu konflik, yaitu :

  • Latent conflict : yaitu tahap munculnya faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di dalam organisasi.
  • Perceived conflict : yaitu tahap dimana salah satu pihak memandang pihak lain seperti akan menghambat atau mengancam pencapaian tujuan.
  • Felt conflict : yaitu tahap dimana konfilk tidak hanya sekedar di pandang atau di anggap ada, tetapi benar-benar dirasakan dan di kenali keberadaannya.
  • Manisfest conflict : yaitu tahap dimana suatu tertentu sudah di tunjukan sebagai pertanda adanya konfilk
  • Conflict resolution : yaitu tahap diman konflik yang ada diselesaikan atau ditekan dengan berbagai macam cara dan pendekatan
  • Conflict aftermath : yaitu tahap ini mewakili kondisi yang dihasilkan oleh proses sebelumnya (penyelesaian konflik). Jika konflik benar benar telah terselesaikan, maka hal itu akan meningkatkan hubungan diantara program para organisasi.

 

F. Strategi Penyelesaian Konflik

a) Pemecahan masalah 

Metode konfrontasi pemecahan masalah dicari untuk mengurangi ketegangan melalui pertemuan tatap muka kelompok yang berkonflik.Untuk konflik yang bermula dari kesalahpahaman atau rintangan bahasa , metode konfrotasi telah terbukti efektif. Namun untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks ( misalnya, konflik dimana kelompok mempunyai sistem nilai yang berbeda ) metode ini kurang berhasil. 

b) Tujuan superordinat 

Tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa kerjasama dari kelompok – kelompok yang terlibat.Kenyataannya, tujuan tidak dapat dicapai hanya oleh satu kelompok yang terlibat dalam konflik. 

c) Perluasan sumber daya 

Karena sebab utama konflik antar kelompok adalah terbatasnya sumber daya.Apapun keberhasilan suatu kelompok dalam pencapaiannya diperoleh atas tanggungan kelompok lain. Kelangkaan sumber daya mungkin berupa sebuah kedudukan khusus (misalnya, posisi presiden dalam perusahaan), uang, atau ruang. Menambah sumber daya adalah teknik yang berhasil secara potensial untuk memecahkan masalah dalam banyak kasus, sebab teknik ini hampir dapat memuaskan banyak orang. Tetapi dalam kenyataannya, sumber daya biasanya tidak diperluas. 

d) Penghindaran 

Menghindari konflik dapat ditafsirkan sebagai persetujuan dengan tindakan kelompok atau kurangnya keteguhan pada sisi manajer. Menghindari konflik bukan merupakan penyelesaian yang efektif dan juga tidak menghilangkannya. Bahkan konflik harus dihadapi. Tetapi dalam beberapa keadaan, penghindaran mungkin merupakan alternative sementara yang paling baik. 

e) Pelunakan 

Suatu teknik yang dikenal sebagai pelunakan menekankan kepentingan umum dari kelompok yang berkonflik dan melunakkan perbedaan – perbedaanya. Kepercayaan dasar adalah menekankan bahwa berbagai pandangan pada hal tertentu memudahkan pergerakan menuju tujuan bersama. 

f) Kompromi 

Kompromi adalah cara tradisional untuk menyelesaikan konflik antar kelompok. Dalam kompromi, tidak ada pihak tertentu sebagai pemenang atau pecundang dan keputusan dicapai mungkin tidak ideal untuk kedua kelompok. Kompromi dapat digunakan secara efektif ketika bentuk tujuan (misalnya, uang) dapat dibagi secara adil. Jika ini tidak mungkin, salah satu kelompok harus merelakan sesuatu yang berharga sebagai konsesi. Jika digunakan secara efektif manajer dapat secara serentak mengambil pendekatan secara agresif kearah penyelesaian konflik sambil memperlihatkan perhatiannya kepada mereka yang terlibat. Kompromi mungkin juga melibatkan campur tangan pihak ketiga, baik dalam perundingan dan pengambilan suara kelompok maupun wakil manajemen. 

g) Perintah otoritatif 

Perintah kekuasaan biasanya bekerja dalam jangka pendek. Sama dengan penghindaran, pelunakan dan kompromi, bagaimanapun, ini tidak memfokuskan pada sebab – sebab konflik tetapi agak berfokus pada hasilnya. Jika sebab – sebab masih ada, konflik kemungkinan akan berulang. Menggunakan cara ini manajemen dengan mudah menyelesaikan masalah yang dilihatnya pantas dan mengkomunikasikan keinginan – keinginannya kepada kelompok – kelompok yang terlibat. 

h) Mengenali musuh bersama 

Dalam beberapa hal, mengenali musuh bersama merupakan sisi negative dari tujuan superordinat. Kelompok – kelompok yang berkonflik kadang – kadang dapat menyelesaikan perbedaan – perbedaan dan bersatu memerangi musuh bersama.Musuh bersamanya mungkin pesaing yang baru saja memperkenalkan produk yang lebih bagus. Para manajer harus belajar bagaimanamengenali keberadaan dan sebab – sebab konflik antar kelompok. Mereka juga harus mengembangkan keterampilan agar efektif bila berhubungan dengan hal tersebut. 

i) Proses perundingan 

Metode yang sudah banyak dipakai tapi sering tidak dikenal dalam mengatasi konflik antar kelompok adalah proses perundingan. Disamping kegunaan, prosesnya sering disalahartikan dan diselesaikan secara tidak baik. Jika dilakukan denga efektif, proses negosiasi dapat menyebabkan kelanjutan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan usaha kerjasama untuk menciptakan nilai – nilai yang tidak terdapat sebelumnya. Perundingan mempertemukan dua pihak, dengan kepentingan yang berbeda atau berkonflik, bersama – sama untuk mencapai sebuah persetujuan. Biasanya setiap pihak membawa serangkaian usulan yang kemudian didiskusikan dan dilaksanakan. 

 

 

BAB 3

PENUTUP

 

Kesimpulan

Organisasi adalah suatu tempat di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Tetapi seiring berjalannya waktu, di dalam organisasi pasti pernah mengalami konflik. Konflik tidak muncul seketika dan langsung menjadi besar. Konflik itu berkembang secara bertahap.  Yang dibutuhkan bukan meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga bisa membawa dampak yang tidak negatif bagi organisasi. Dan semua anggota bisa menjadikan konflik dalam organisasi sebagai sebuah pembelajaran dan bagian pertimbangan atas banyaknya pemikiran-pemikiran yang berbeda pada setiap anggota organisasi. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat diminimalisir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dapat merugikan kepentingan organisasi. Yang terpenting adalah mengembangkan pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif terhadap konflik, karena peran konflik yang tidak selalu negatif terhadap organisasi. Dengan pengembalian yang cukup senang, pimpinan dapat cepat mengenal, mengidentifikasi dan mengukur besarnya konflik serta akibatnya dengan sikap positif dan kemampuan kepemimpinannya, seorang pimpinan akan dapat mengendalikan konflik yang akan selalu ada, dan bila mungkin menggunakannya untuk keterbukaan organisasi dan anggota organisasi yang dipimpinnya. Tentu manfaatnya pun dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Penyeselaian dari konflik adalah dengan cara menimbulkan sikap dalam diri masing-masing, yaitu rasa saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa menghindarkan kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Malik, Rahmat. Makalah Konflik Organisasi. 16 Juni 2020 
  • http://rakhmatmalik.blogspot.com/2010/11/makalah-konflik-organisasi_06.html
  • Sabrina, Nindi. Makalah Konflik Organisasi. 16 Juni 2020
  • https://nindisabrina.wordpress.com/2014/11/11/makalah-konflik-organisasi/
  • Wikipedia. Konflik. 16 Juni 2020
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
  • Nyamploengan. MAKALAH KELOMPOK 2 “KONFLIK DALAM ORGANISASI”. 16 Juni 2020
  • https://nyamploengan.wordpress.com/2013/10/19/makalah-kelompok-2-konflik-dalam-organisasi/
  • Hi. MAKALAH KONFLIK ORGANISASI. 16 Juni 2020.
  • https://papayyy.wordpress.com/2015/11/26/makalah-konflik-organisasi/

 

0 komentar:

Post a Comment